BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati yang tinggi, terutama pada hutan tropika basahnya. Salah satu hasil hutan yang sampai saat ini masih belum tergantikan adalah kayu dari hutan alam dan kebutuhannya semakin meningkat dengan kenaikan jumlah penduduk. Akan tetapi karena kecepatan pemanenan yang tidak seimbang dengan kecepatan pertumbuhan, maka tekanan terhadap hutan alam semakin besar dan ketersediaan kayu-kayu yang berasal dari hutan alam semakin menurun, baik dari segi mutu maupun volumenya. Dewasa ini telah makin terasa kekurangan berbagai jenis kayu untuk bahan baku berbagai industri perkayuan seperti industri kerajinan, sampai pada industri berskala besar. Sementara itu jumlah kayu yang tersedia semakin menurun baik jumlah maupun kualitasnya. Oleh sebab itu, kayu dari hutan tanaman diharapkan dapat memenuhi kebutuhan kayu untuk berbagai keperluan tersebut. Mulai Pelita IV, Departemen Kehutanan membangun Hutan Tanaman Industri (HTI) yang pada tahun 2015 diharapkan pembangunannya mencapai 6.2 juta hektar dan akan menghasilkan kayu bulat sebesar 90 juta meter kubik setiap tahun. Kayu Mangium (Acacia mangium Willd.), merupakan jenis kayu yang dipandang memiliki prospek baik untuk dikembangkan dalam HTI sebagai penghasil kayu yang cepat tumbuh. Kayu Mangium ini telah ditanam secara besar-besaran di berbagai daerah baik untuk keperluan serat, perkakas maupun energi. Sampai saat ini diperkirakan telah dikembangkan sebanyak 20 provenans kayu Mangium (Iriantono 1999). Dari sejumlah provenans tersebut diperkirakan mempunyai sifat karakteristik yang berbeda, sehingga perlu ditentukan provenans mana yang paling baik dan sesuai dengan pemanfaatan jenis kayu tersebut. Dalam pemanfaatan kayu diperlukan data teknis yang dapat menunjang perencanaan penggunaannya. Salah satu data dasar yang sering digunakan untuk keperluan itu adalah data sifat fisis dan mekanis kayunya. Sifat fisis dan mekanis yang diteliti meliputikerapatan, kadar air, sifat kekuatan lentur statis, kekerasan, kekuatan pukul, kekuatan tekan sejajar dan tegak lurus serat, keteguhan geser, keteguhan belahdan tarik.
1.2 Pengertian Kayu
Dalam kehidupan kita sehari-hari, kayu merupakan bahan yang sangat sering dipergunakan untuk tujuan penggunaan tertentu. Terkadang sebagai barang tertentu, kayu tidak dapat digantikan dengan bahan lain karena sifat khasnya. Kita sebagai pengguna dari kayu yang setiap jenisnya mempunyai sifat-sifat yang berbeda, perlu mengenal sifat-sifat kayu tersebut sehingga dalam pemilihan atau penentuan jenis untuk tujuan penggunaan tertentu harus betul-betul sesuai dengan yang kita inginkan. Berikut ini diuraikan sifat-sifat kayu (fisik dan mekanik) serta macam penggunaannya. Kayu merupakan hasil hutan yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan kemajuan teknologi. Kayu memiliki beberapa sifat yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain. Pemilihan dan penggunaan kayu untuk suatu tujuan pemakaian, memerlukan pengetahuan tentang sifat-sifat kayu. Sifat-sifat ini penting sekali dalam industri pengolahan kayu sebab dari pengetahuan sifat tersebut tidak saja dapat dipilih jenis kayu yang tepat serta macam penggunaan yang memungkinkan, akan tetapi juga dapat dipilih kemungkinan penggantian oleh jenis kayu lainnya apabila jenis yang bersangkutan sulit didapat secara kontinyu atau terlalu mahal.
Kayu berasal dari berbagai jenis pohon yang memiliki sifat-sifat yang berbeda-beda. Bahkan dalam satu pohon, kayu mempunyai sifat yang berbeda-beda. Dari sekian banyak sifat-sifat kayu yang berbeda satu sama lain, ada beberapa sifat yang umum terdapat pada semua jenis kayu yaitu :
1. Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan susunan dinding selnya terdiri dari senyawa kimia berupa selulosa dan hemi selulosa (karbohidrat) serta lignin (non karbohidrat).
2. Semua kayu bersifat anisotropik, yaitu memperlihatkan sifat-sifat yang berlainan jika diuji menurut tiga arah utamanya (longitudinal, radial dan tangensial).
3. Kayu merupakan bahan yang bersifat higroskopis, yaitu dapat menyerap atau melepaskan kadar air (kelembaban) sebagai akibat perubahan kelembaban dan suhu udara disekelilingnya.
4. Kayu dapat diserang oleh hama dan penyakit dan dapat terbakar terutama dalam keadaan kering.
Kayu tekan (compression-wood) adalah kayu yang terbentuk akibat pertumbuhan pohon yang tidak lurus atau membentuk sudut terhadap sumbu pohon dan merupakan suatu bentuk abnormalitas pada batang pohon Kayu Daun Jarum (KDJ) yang disebabkan olehpengaruh gravitasi bumi (Panshin dan de Zeeuw 1980;Haygreen dan Bowyer 1982; Tsoumis 1991; Bowyeret.al. 2003; Torges 2005). Kayu tekan berkembang sangat cepat dan mempunyai penyebaran yang sangat luas terutama pada jenis-jenis KDJ yang tumbuh cepat. Saat ini, kayu tekan banyak dijumpai pada hutan-hutan tanaman dari jenis-jenis KDJ seperti Agathis sp., Pinus sp. dan Podocarpus sp. Kayu tekan dianggap cacat kayu karena kualitasnya lebih rendah atau berbeda dengan kayu normalnya (Kartal dan Stan 2000).Proporsi kayu tekan dalam sebuah batang pohon dipengaruhi juga oleh kemiringan pertumbuhan pohonnya. Semakin besar sudut kemiringan pertumbuhan KDJ, maka semakin besar proporsi kayu tekannya. Seperti misalnya pada kayu Pinus resinosa dari hutan tanaman di New York yang mempunyai kecenderungan tumbuhnya miring 5º mengandung sekitar 5 ~ 40% kayu tekan, dan bila kemiringannya mencapai 10 ~ 40º akan mengandung sekitar 40 ~ 70% kayu tekan (Kartal dan Stan 2000). Kayu Damar (Agathis loranthifolia Salisb.) merupakan salah satu jenis KDJ yang tumbuh secara alami di Indonesia. Tanaman ini banyak dijumpai di daerah Sumatera Barat, Sumatera Utara, seluruh Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya. Kayu Damar ini memiliki berat jenis berkisar antara 0.36 ~ 0.64 (Martawijaya et.al. 1986) dan telah digunakan sebagai komponen alat musik, mebel, pulp dan kertas, serta bahan baku industri pesawat ringan (Surjokusumo 1992). Namun demikian, pemanfaatan kayu Damar belum memisahkan bagian kayu normal dan kayu tekannya, sehingga penelitian tentang ultrastruktur kayu tekan kayu Damar perlu dilakukan untuk mengetahui perbedaan struktur anatominya dan pengaruhnya terhadap sifat fisisnya. Sifat makroskopik kayu tekan sangat berbeda dengan sifat kayu normalnya dan adanya cacat kayu tekan banyak menimbulkan kerugian. Disamping itu penelitian ultra-struktur kayu tekan masih jarang dilakukan terutama di Indonesia. Oleh karena itu
penelitian ultra-struktur kayu tekan Damar hubungannya dengan sifat fisik kayu perlu dilakukan. Pendekatan awal untuk merumuskan permasalahan ini terutama didasarkan atas potensi yang besar dari cacat kayu tekan. Cacat kayu tekan banyak terjadi pada tegakan hutan tanaman cepat tumbuh (fast growing species) yang dikembangkan sebagai jenis hutan tanaman industri di tanah air. Sifat makroskopik kayu tekan sangat berbeda dengan sifat kayu normalnya, sehingga diduga ultra-struktur dinding selnya juga akan berbeda dengan bagian kayu normalnya. Perubahan dalam bentuk dan dimensi sel-sel penyusun kayu tekan, akan menyebabkan adanya perubahan sifat fisik kayunya (Haygreen dan Bowyer 1982; Bowyer et.al. 2003). Sedangkan pertimbangan pemilihan kayu Damar sebagai objek dalam penelitian ini adalah karena kayu Damar merupakan salah satu jenis asli yang tumbuh di
Indonesia. Pertama kali herbariumnya dikumpulkan oleh Dr. Buwalda, sedangkan nama Agathis loranthifolia Salisb. diberikan oleh Salisbury (Anonim 1971). Selain itu pohon Damar diketahui mempunyai sistem perakaran yang kuat karena mempunyai akar jangkar yang dalam sehingga batangnya tidak mudah roboh (Anonim 1971). Bentuk tajuknya simetris indah sehingga cocok dikembangkan untuk ditanam sebagai hutan kota. Sifatsifat kayu Damar yang normal sangat baik untuk bahan baku industri alat musik seperti piano, industri meubel, pulp dan kertas, bahkan menurut Surjokusumo (1992) kayu Damar sangat baik untuk bahan baku industri pesawat terbang ringan. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) memperoleh bukti tentang besarnya persentase cacat kayu tekan yang terjadi pada tegakan hutan tanaman Damar di lokasi penelitian, (2) memperoleh informasi tentang perubahan ultra-struktur dinding sel kayu tekannya dibandingkan dengan bagian kayu normalnya, (3) membuat analisis karakteristik ultra-struktur dinding sel kayu tekannya, serta (4) membuat kajian hubungan antara ultra-struktur dinding sel kayu tekan dengan beberapa sifat fisik kayunya.
1.3 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari pengumpulan data mengenai teknologikayu ini adalah supaya mahasiswa mendapat wawasan yang lebih luas lagi tentang teknologi kayu dan dapat mengoptimalisasikan penggunaan kayu didalam kehidupan industri rumah tangga maupun sipil.
1.4 Ruang lingkup
Ruang lingkup dari kayu ini adalah mengikuti pedoman persyaratan-persyaratan umum serta ketentuan – ketentuan teknis perencanaan dan pelaksanaan struktur kayu untuk bangunan gedung dan menggunakan satuan SI ( Satuan Internasional)
BAB II.
SIFAT-SIFAT KAYU DAN PENGGUNAANNYA
2.1 Sifat Fisik Kayu
1. Berat dan Berat Jenis
Berat suatu kayu tergantung dari jumlah zat kayu, rongga sel, kadar air dan zat ekstraktif didalamnya. Berat suatu jenis kayu berbanding lurus dengan BJ-nya. Kayu mempunyai berat jenis yang berbeda-beda, berkisar antara BJ minimum 0,2 (kayu balsa) sampai BJ 1,28 (kayu nani). Umumnya makin tinggi BJ kayu, kayu semakin berat dan semakin kuat pula.
2. Keawetan
Keawetan adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsur-unsur perusak kayu dari luar seperti jamur, rayap, bubuk dll. Keawetan kayu tersebut disebabkan adanya zat ekstraktif didalam kayu yang merupakan unsur racun bagi perusak kayu. Zat ekstraktif tersebut terbentuk pada saat kayu gubal berubah menjadi kayu teras sehingga pada umumnya kayu teras lebih awet dari kayu gubal.
3. Warna
Kayu yang beraneka warna macamnya disebabkan oleh zat pengisi warna dalam kayu yang berbeda-beda.
4. Tekstur
Tekstur adalah ukuran relatif sel-sel kayu. Berdasarkan teksturnya, kayu digolongkan kedalam kayu bertekstur halus (contoh: giam, kulim dll), kayu bertekstur sedang (contoh: jati, sonokeling dll) dan kayu bertekstur kasar (contoh: kempas, meranti dll).
5. Arah Serat
Arah serat adalah arah umum sel-sel kayu terhadap sumbu batang pohon. Arah serat dapat dibedakan menjadi serat lurus, serat berpadu, serat berombak, serta terpilin dan serat diagonal (serat miring).
6. Kesan Raba
Kesan raba adalah kesan yang diperoleh pada saat meraba permukaan kayu (kasar, halus, licin, dingin, berminyak dll). Kesan raba tiap jenis kayu berbeda-beda tergantung dari tekstur kayu, kadar air, kadar zat ekstraktif dalam kayu.
7. Bau dan Rasa
Bau dan rasa kayu mudah hilang bila kayu lama tersimpan di udara terbuka. Beberapa jenis kayu mempunyai bau yang merangsang dan untuk menyatakan bau kayu tersebut, sering digunakan bau sesuatu benda yang umum dikenal misalnya bau bawang (kulim), bau zat penyamak (jati), bau kamper (kapur) dsb.
8. Nilai Dekoratif
Gambar kayu tergantung dari pola penyebaran warna, arah serat, tekstur, dan pemunculan riap-riap tumbuh dalam pola-pola tertentu. Pola gambar ini yang membuat sesuatu jenis kayu mempunyai nilai dekoratif.
9. Higroskopis
Kayu mempunyai sifat dapat menyerap atau melepaskan air. Makin lembab udara disekitarnya makin tinggi pula kelembaban kayu sampai tercapai keseimbangan dengan lingkungannya. Dalam kondisi kelembaban kayu sama dengan kelembaban udara disekelilingnya disebut kandungan air keseimbangan (EMC = Equilibrium Moisture Content).
10. Sifat Kayu terhadap Suara, yang terdiri dari :
a. Sifat akustik, yaitu kemampuan untuk meneruskan suara berkaitan erat dengan elastisitas kayu.
b. Sifat resonansi, yaitu turut bergetarnya kayu akibat adanya gelombang suara. Kualitas nada yang dikeluarkan kayu sangat baik, sehingga kayu banyak dipakai untuk bahan pembuatan alat musik (kulintang, gitar, biola dll).
11. Daya Hantar Panas
Sifat daya hantar kayu sangat jelek sehingga kayu banyak digunakan untuk membuat barang-barang yang berhubungan langsung dengan sumber panas.
12. Daya Hantar Listrik
13. Pada umumnya kayu merupakan bahan hantar yang jelek untuk aliran listrik. Daya hantar listrik ini dipengaruhi oleh kadar air kayu. Pada kadar air 0 %, kayu akan menjadi bahan sekat listrik yang baik sekali, sebaliknya apabila kayu mengandung air maksimum (kayu basah), maka daya hantarnya boleh dikatakan sama dengan daya hantar air.
Sifat Mekanik Kayu
Sifat mekanikal material kayu bisa dilihat dan dianalisa berdasarkan list berikut ini.
Kekuatan Tarik
Dua arah kekuatan tarik pada kayu yaitu searah serat kayu atau tegak lurus (melintang) arah serat kayu. Kekuatan tarik kayu adalah bagaimana reaksi bahan kayu terhadap gaya-gaya yang menarik kayu. Pada umumnya kayu memiliki kekuatan tarik lebih besar searah serat kayu.
Kekuatan Tekan
Adalah daya tahan kayu terhadap tekanan pada searah serat kayu atau melintang serat kayu. Kekuatan tekan kayu lebih lemah pada arah melintang serat.

Keteguhan Geser
Keteguhan geser adalah kekuatan kayu menahan gerakan dan tekanan yang membuat kayu bergeser (tanpa pukulan) baik itu beban mati ataupun beban hidup. Beban mati artinya tekanan secara terus menerus pada skala tekanan tertentu. Sedangkan beban hidup berarti tekanan yang berulang-ulang dan bisa berubah-ubah kekuatannya.
Keteguhan geser kayu paling besar adalah pada posisi melintang serat kayu.

Kelenturan (Kekuatan Lengkung)
Kayu juga tahan terhadap gaya yang berusaha melengkungkan kayu dengan satu kali tekanan secara terus menerus atau berkali-kali (secara mendadak, seperti pukulan).

Kekuatan Belah
Daya tahan kekuatan kayu terhadap tekanan belah paling rendah pada posisi searah serat. Walaupun demikian untuk beberapa jenis kayu tertentu sangat baik apabila kekuatan belahnya sangat lemah karena jenis kayu ini akan sangat cocok untuk pembuatan atap sirap

Kekuatan Tarik
Dua arah kekuatan tarik pada kayu yaitu searah serat kayu atau tegak lurus (melintang) arah serat kayu. Kekuatan tarik kayu adalah bagaimana reaksi bahan kayu terhadap gaya-gaya yang menarik kayu. Pada umumnya kayu memiliki kekuatan tarik lebih besar searah serat kayu.

Adalah daya tahan kayu terhadap tekanan pada searah serat kayu atau melintang serat kayu. Kekuatan tekan kayu lebih lemah pada arah melintang serat.

Keteguhan Geser
Keteguhan geser adalah kekuatan kayu menahan gerakan dan tekanan yang membuat kayu bergeser (tanpa pukulan) baik itu beban mati ataupun beban hidup. Beban mati artinya tekanan secara terus menerus pada skala tekanan tertentu. Sedangkan beban hidup berarti tekanan yang berulang-ulang dan bisa berubah-ubah kekuatannya.
Keteguhan geser kayu paling besar adalah pada posisi melintang serat kayu.

Kelenturan (Kekuatan Lengkung)
Kayu juga tahan terhadap gaya yang berusaha melengkungkan kayu dengan satu kali tekanan secara terus menerus atau berkali-kali (secara mendadak, seperti pukulan).

Kekuatan Belah
Daya tahan kekuatan kayu terhadap tekanan belah paling rendah pada posisi searah serat. Walaupun demikian untuk beberapa jenis kayu tertentu sangat baik apabila kekuatan belahnya sangat lemah karena jenis kayu ini akan sangat cocok untuk pembuatan atap sirap

2.2 Sifat Mekanik Kayu
1. Keteguhan Tarik
Keteguhan tarik adalah kekuatan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha menarik kayu. Terdapat 2 (dua) macam keteguhan tarik yaitu :
a. Keteguhan tarik sejajar arah serat dan
b. Keteguhan tarik tegak lurus arah serat.
Kekuatan tarik terbesar pada kayu ialah keteguhan tarik sejajar arah serat. Kekuatan tarik tegak lurus arah serat lebih kecil daripada kekuatan tarik sejajar arah serat.
2. Keteguhan tekan / Kompresi
Keteguhan tekan/kompresi adalah kekuatan kayu untuk menahan muatan/beban. Terdapat 2 (dua) macam keteguhan tekan yaitu :
a. Keteguhan tekan sejajar arah serat dan
b. Keteguhan tekan tegak lurus arah serat.
Pada semua kayu, keteguhan tegak lurus serat lebih kecil daripada keteguhan kompresi sejajar arah serat.
3. Keteguhan Geser
Keteguhan geser adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang membuat suatu bagian kayu tersebut turut bergeser dari bagian lain di dekatnya. Terdapat 3 (tiga) macam keteguhan yaitu :
a. Keteguhan geser sejajar arah serat
b. Keteguhan geser tegak lurus arah serat dan
c. Keteguhan geser miring
Keteguhan geser tegak lurus serat jauh lebih besar dari pada keteguhan geser sejajar arah serat.
4. Keteguhan lengkung (lentur)
Keteguhan lengkung/lentur adalah kekuatan untuk menahan gaya-gaya yang berusaha melengkungkan kayu atau untuk menahan beban mati maupun hidup selain beban pukulan. Terdapat 2 (dua) macam keteguhan yaitu :
a. Keteguhan lengkung statik, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya secara perlahan-lahan.
b. Keteguhan lengkung pukul, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya secara mendadak.
5. Kekakuan
Kekakuan adalah kemampuan kayu untuk menahan perubahan bentuk atau lengkungan. Kekakuan tersebut dinyatakan dalam modulus elastisitas.
6. Keuletan
Keuletan adalah kemampuan kayu untuk menyerap sejumlah tenaga yang relatif besar atau tahan terhadap kejutan-kejutan atau tegangan-tegangan yang berulang-ulang yang melampaui batas proporsional serta mengakibatkan perubahan bentuk yang permanen dan kerusakan sebagian.
7. Kekerasan
Kekerasan adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya yang membuat takik atau lekukan atau kikisan (abrasi). Bersama-sama dengan keuletan, kekerasan merupakan suatu ukuran tentang ketahanan terhadap pengausan kayu.
8. Keteguhan Belah
Keteguhan belah adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha membelah kayu. Sifat keteguhan belah yang rendah sangat baik dalam pembuatan sirap dan kayu bakar. Sebaliknya keteguhan belah yang tinggi sangat baik untuk pembuatan ukir-ukiran (patung). Pada umumnya kayu mudah dibelah sepanjang jari-jari (arah radial) dari pada arah tangensial.
Ukuran yang dipakai untuk menjabarkan sifat-sifat keku-atan kayu atau sifat mekaniknya dinyatakan dalam kg/cm2. Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat mekanik kayu secara garis besar digolongkan menjadi dua kelompok :
a. Faktor luar (eksternal): pengawetan kayu, kelembaban lingkungan, pembebanan dan cacat yang disebabkan oleh jamur atau serangga perusak kayu.
b. Faktor dalam kayu (internal): BJ, cacat mata kayu, serat miring dsb.
Macam Penggunaan Kayu
Penggunaan kayu untuk suatu tujuan pemakaian tertentu tergantung dari sifat-sifat kayu yang bersangkutan dan persyaratan teknis yang diperlukan. Jenis-jenis kayu yang mempunyai persyaratan untuk tujuan pemakaian tertentu antara lain dapat dikemukan sebagai berikut :
1. Bangunan (Konstruksi)
Persyaratan teknis : kuat, keras, berukuran besar dan mempunyai keawetan alam yang tinggi.
Jenis kayu : balau, bangkirai, belangeran, cengal, giam, jati, kapur, kempas, keruing, lara, rasamala.
2. Veneer biasa
Persyaratan teknis : kayu bulat berdiameter besar, bulat, bebas cacat dan beratnya sedang.
Jenis kayu : meranti merah, meranti putih, nyatoh, ramin, agathis, benuang.
3. Veneer mewah
Persyaratan teknis : disamping syarat di atas, kayu harus bernilai dekoratif.
Jenis kayu : jati, eboni, sonokeling, kuku, bongin, dahu, lasi, rengas, sungkai, weru, sonokembang.
4. Perkakas (mebel)
Persyaratan teknis : berat sedang, dimensi stabil, dekoratif, mudah dikerjakan, mudah dipaku, dibubut, disekrup, dilem dan dikerat.
Jenis kayu : jati, eboni, kuku, mahoni, meranti, rengas, sonokeling, sonokembang, ramin.
5. Lantai (parket)
Persyaratan teknis : keras, daya abrasi tinggi, tahan asam, mudah dipaku dan cukup kuat.
Jenis kayu : balau, bangkirai, belangeran, bintangur, bongin, bungur, jati, kuku.
6. Bantalan Kereta Api
Persyaratan teknis : kuat, keras, kaku, awet.
Jenis kayu : balau, bangkirai, belangeran, bedaru, belangeran, bintangur, kempas, ulin.
7. Alat Olah Raga
Persyaratan teknis : kuat, tidak mudah patah, ringan, tekstur halus, serat halus, serat lurus dan panjang, kaku, cukup awet.
Jenis kayu : agathis, bedaru, melur, merawan, nyatoh, salimuli, sonokeling, teraling.
8. Alat Musik
Persyaratan teknis : tekstur halus, berserat lurus, tidak mudah belah, daya resonansi baik.
Jenis kayu : cempaka, merawan, nyatoh, jati, lasi, eboni.
9. Alat Gambar
Persyaratan teknis : ringan, tekstur halus, warna bersih.
Jenis kayu : jelutung, melur, pulai, pinus.
10. Tong Kayu (Gentong)
Persyaratan teknis : tidak tembus cairan dan tidak mengeluarkan bau.
Jenis kayu : balau, bangkirai, jati, pasang.
11. Tiang Listrik dan Telepon
Persyaratan teknis : kuat menahan angin, ringan, cukup kuat, bentuk lurus.
Jenis kayu : balau, giam jati, kulim, lara, merbau, tembesu, ulin.
12. Patung dan Ukiran Kayu
Persyaratan teknis : serat lurus, keras, tekstur halus, liat, tidak mudah patah dan berwarna gelap.
Jenis kayu : jati, sonokeling, salimuli, melur, cempaka, eboni.
13. Korek Api
Persyaratan teknis : sama dengan persyaratan veneer, cukup kuat (anak korek api), elastis dan tidak mudah pecah (kotak).
Jenis kayu : agathis, benuang, jambu, kemiri, sengon, perupuk, pulai, terentang, pinus.
14. Pensil
Persyaratan teknis : BJ sedang, mudah dikerat, tidak mudah bengkok, warna agak merah, berserat lurus.
Jenis kayu : agathis, jelutung, melur, pinus.
15. Moulding
Persyaratan teknis : ringan, serat lurus, tekstur halus, mudah dikerjakan, mudah dipaku. Warna terang, tanpa cacat, dekoratif.
Jenis kayu : jelutung, pulai ramin, meranti dll.
16. Perkapalan
Lunas
Persyaratan teknis : tidak mudah pecah, tahan binatang laut.
Jenis kayu : ulin, kapur.
Gading
Persyaratan teknis : kuat, liat, tidak mudah pecah, tahan binatang laut.
Jenis kayu : bangkirai, bungur, kapur.
Senta
Persyaratan teknis : kuat, liat, tidak mudah pecah, tahan binatang laut.
Jenis kayu : bangkirai, bungur, kapur.
Kulit
Persyaratan teknis : tidak mudah pecah, kuat, liat, tahan binatang laut.
Jenis kayu : bangkirai, bungur, meranti merah.
Bangunan dan dudukan mesin
Persyaratan teknis : ringan, kuat dan awet, tidak mudah pecah karena getaran mesin.
Jenis kayu : kapur, meranti merah, medang, ulin, bangkirai.
Pembungkus as baling-baling
Persyaratan teknis : liat, lunak sehingga tidak merusak logam.
Jenis kayu : nangka, bungur, sawo.
Popor Senjata
Persyaratan teknis : ringan, liat, kuat, keras, dimensi stabil.
Jenis kayu : waru, salimuli, jati.
17. Arang (bahan bakar)
Persyaratan teknis : BJ tinggi.
Jenis kayu : bakau, kesambi, walikukun, cemara, gelam, gofasa, johar, kayu malas, nyirih, rasamala, puspa, simpur.
BAB III
TEKNOLOGI POLIMERISASI RADIASI UNTUK PENINGKATAN MUTU KAYU
3.1 PENGERTIAN TEKNOLGI POLIMERASI
Teknologi polimerisasi radiasi adalah salah satu teknologi nuklir yang dapat diaplikasikan pada industri polimer yaitu untuk mengolah bahan mentah menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi, dengan bantuan sinar radiasi sebagai sumber energi. Radiasi berfungsi sebagai alat untuk mempermudah, mempercepat, atau memperbaiki reaksi kimia yang diperlukan di dalam proses polimerisasi. Secara konvensional reaksi kimia dimaksud, biasanya berlangsung melalui inisiator, bahan kimia dan energi panas. Dalam proses polimerisasi radiasi, pemakaian bahan kimia dan panas sangat sedikit, baik jenis maupun kadarnya, karena sudah terwakili oleh sumber radiasi tersebut. Penelitian dan pengembangan polimerisasi radiasi di Indonesia telah dirintis sejak 25 tahun yang lalu, dengan maksud ikut memberikan sumbangan dalam meningkatkan kualitas bahan polimer di Indonesia.
Di negara maju, teknologi polimerisasi radiasi telah dikenal dengan baik, misalnya di Belanda, dibangun pabrik pelapisan permukaan pintu dengan radiasi elektron pada tahun 1973 oleh perusahaan pintu “Svedex”. Pada tahun 1974 Perancis membangun perusahaan meubel “Parisot”, selanjutnya Jerman barat juga membangun pabrik serupa. Di Amerika Serikat perusahaan kayu Universal Wood INC membangun fasilitas radiasi elektron untuk proses pelapisan permukaan papan. Indonesia merupakan negara potensial untuk pemanfaatan teknologi radiasi, karena kaya bahan polimer alam misalnya karet dan kayu. Kedua komoditi tersebut sangat potensial keberadaannya di tanah air yang areanya sangat luas, bahkan nomor satu di dunia. Disamping itu ada polimer sintesa yang banyak digunakan masyarakat yaitu polipropilen, polietilen, yang sering disebut palastik.
3.2 SUMBER RADIASI
Ada dua sumber radiasi yang sering digunakan dalam proses polimerisasi radiasi yaitu sumber radiasi yang memancarkan sinar gamma dan sumber radiasi yang memancarkan sinar berkas elektron. Sumber radiasi sinar gamma, biasanya dihasilkan dari isotop radioaktif Cobalt-60 dan Cesium-137. Energi yang dihasilkan Cobalt-60 cukup besar yaitu 1,17 MeV dan 1,33 MeV, sedangkan Cesium-137 ialah 0,66 MeV.
Sumber radiasi sinar berkas elektron adalah sumber radiasi yang dihasilkan dari Mesin
Berkas Elektron (MBE). Badan Tenaga Nuklir Nasional telah memiliki sumber radiasi tersebut
3.3 PROSES POLIMERISASI RADIASI
Bahan yang akan diolah menjadi produk baru dapat berupa polimer, monomer atau oligomer misalnya polimer lateks/karet alam, kayu polietilen (PE), polipropilen (PP) atau polivinil klorida (PVC) dan sebagainya. Sedangkan monomer yang digunakan misalnya : strirena, metil metakrilat, akrilonitril dan sebagainya. Dengan mengendalikan jenis dan persentase monomer, serta dosis radiasi, maka akan didapat kondisi optimum proses polimerisasi radiasi. Dengan proses polimerisasi radiasi tersebut maka akan dihasilkan produk baru yang diinginkan, misalnya lebih kuat, ulet, keras, kenyal dan sebagainya. Proses polimerisasi ini tidak menggunakan bahan kimia pemercepat dan panas, karena sudah terwakili oleh sinar radiasi, sehingga prosesnya dapat dilakukan pada suhu kamar, disamping itu proses polimerisasi radiasi mudah dikontrol/dipantau, sederhana, cepat, bebas pencemaran baik udara maupun limbah padat, serta produk yang dihasilkan tidak mengandung bahan beracun/karsinogen, karena prosesnya merupakan teknologi bebas pencemaran. Secara garis besar proses polimerisasi radiasi digambarkan sebagai berikut :
gambar 1 : Proses Polimerisasi radiasi dengan sinar gamma/sinar berkas elektron.
Teknologi polimerisasi radiasi yang sudah mapan dan siap dipakai untuk industri ialah :
vulkanisasi lateks alam, pembuatan kayu plastik, dan pelapisan permukaan kayu. Sedangkan yang masih dalam persiapan skala pilot adalah peningkatan kualitas isolasi kabel, dan pembuatan termoplastik karet alam.
3.4 PELAPISAN PAPAN KAYU
Industri perkayuan di Indonesia berkembang dengan pesat sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah dalam usaha mengalihkan ekspor kayu dari gelondongan ke bentuk kayu jadi atau setengah jadi. Hal tersebut terlihat dengan meningkatnya jumlah industri pengolahan kayu menjadi barang jadi atau setengah jadi, misalnya kayu lapis, papan partikel, mebel,lantai kayu, panel dinding dan sebagainya.
Pada umumnya tujuan pelapisan permukaan papan kayu ada dua macam yaitu menambah
keindahan dan meningkatkan kualitas permukaan misalnya lebih tahan bahan kimia, tahan panas dan sebagainya. Sumber radiasi yang digunakan pada teknik pelapisan permukaan ini ialah sinar berkas elektron. Proses pelapisan permukaan papan kayu memerlukan dua tahap pekerjaan, yaitu pelapisan dasar (base coating) dan pelapisan atas (top coating). Proses pelapisan permukaan papan kayu dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2 : Proses pelapisan permukaan papan kayu dengan polimerisasi radiasi.
Kayu lapis, parket, papan partikel diampelas, lalu dilapisi dengan oligomer dan diiradiasi
dengan sinar berkas elektron sebagai pelapis dasar, kemudian diampelas lagi, selanjutnya
dilapisi dengan pelapis atas dan diiradiasi lagi.
Polimerisasi radiasi dengan Mesin Berkas Elektron
Keuntungan penggunaan teknologi radiasi pada pelapisan permukaan ini, bila dibandingkan
dengan cara konversional ialah :
Kecepatan produksi relatif tinggi, sehingga ruang operasi yang digunakan relatif lebih
sempit.
Bebas dari bahan pelarut yang menguap, sehingga mengurangi masalah polusi udara.
Prosesnya dapat dilakukan pada suhu kamar, sehingga dapat diterapkan pada
substrat yang sensitif terhadap panas, misalnya kertas dan sebagainya.
Daya rekat yang memuaskan, karena adhesinya merupakan ikatan kimia.
KAYU PLASTIK
Dari sekitar 4.000 jenis kayu yang terdapat di wilayah Indonesia, diperkirakan hanya 15%-
20% saja yang bersifat baik keawetannya. Untuk meningkatkan keawetan kayu biasanya
digunakan bahan pengawet, misalnya disodium oktaborate, anhydrous, pentaklor phenol,
dan sebagainya. Tetapi bahan pengawet ini sangat berbahaya bagi kesehatan apabila
digunakan untuk bahan bangunan interior. Dengan teknologi polimerisasi radiasi dapat ditingkatkan keawetan kayu. Prosesnya dapat disajikan pada gambar 3. Kayu divakumkan dalam wadah tertutup kemudian dalam keadaan vakum kayu tersebut diberi monomer, lalu dibungkus supaya kedap udara, dan kayu yang mengandung monomer ini diiradiasi. Kayu yang sudah diproses dengan metode polimerisasi radiasi ini disebut kayu plastik.
Gambar 3 : Proses produksi kayu plastik dengan metode polimerisasi radiasi
Kayu plasttik ini disamping sifat fisik dan mekaniknya meningkat misalnya lebih keras dan mudah dipelitur, juga keawetannya lebih baik dibanding kayu aslinya karena lebih tahan terhadap serangga pemakan kayu. Kayu plastik ini tahan terhadap cuac, sehingga kayu plastik tersebut dapat digunakan untuk bahan bangunan di luar rumah dan untuk dekorasi interior, karena tidak mengganggu kesehatan.

gambar 1 : Proses Polimerisasi radiasi dengan sinar gamma/sinar berkas elektron.

Gambar 2 : Proses pelapisan permukaan papan kayu dengan polimerisasi radiasi.

Polimerisasi radiasi dengan Mesin Berkas Elektron

Gambar 3 : Proses produksi kayu plastik dengan metode polimerisasi radiasi

BAB IV
PENERAPAN TEKNOLOGI KAYU
4.1 Menguji Kekerasan Kayu
Suatu kali pertanyaan tentang bagaimana mengidentifikasi kayu yang keras atau kayu yang lunak menjadi perdebatan kecil. Terutama ketika berdiskusi dalam bahasa Inggris. Terdapat istilah Hardwood dan Softwood yang memiliki arti berbeda dengan hard wood & soft wood.

Hardwood berarti kayu dari pohon berdaun lebar, sedangkan softwood berarti kayu dari pohon berdaun jarum. Kedua istilah tersebut membedakan kayu dari jenis daunnya.
Sedangkan hard wood yang dimaksud (dengan spasi) adalah kayu yang keras dalam arti sesungguhnya dan soft wood adalah kayu yang lunak.
Kayu yang dikategorikan hardwood tidak berarti keras dan kayu yang dikategorikan softwood tidak pula berarti kayu tersebut lunak. Ada 'soft hardwood' dan ada juga 'hard softwood'.
Kayu yang keras tidak akan meninggalkan bekas guratan ketika ditekan dengan kuku ibu jari. Cara praktis tersebut direkomendasikan bagi yang belum mengenal kayu atau baru terjun ke dunia perkayuan.
Ciri fisik yang lain sebagian besar kayu yang lunak memiliki lubang pori-pori besar dan terputus-putus. Serat kayu yang keras lebih berbentuk bulat telur atau lebih berbentuk spiral yang berarti ikatan antar pori-porinya lebih kuat.
Pada saat pengerjaan bisa juga dilihat perbedaan kayu yang keras dan kayu yang lunak. Kayu keras akan terlihat halus dan licin setelah diproses dengan mesin ketam walaupn belum masuk mesin amplas.

Hardwood berarti kayu dari pohon berdaun lebar, sedangkan softwood berarti kayu dari pohon berdaun jarum. Kedua istilah tersebut membedakan kayu dari jenis daunnya.
Sedangkan hard wood yang dimaksud (dengan spasi) adalah kayu yang keras dalam arti sesungguhnya dan soft wood adalah kayu yang lunak.
Kayu yang dikategorikan hardwood tidak berarti keras dan kayu yang dikategorikan softwood tidak pula berarti kayu tersebut lunak. Ada 'soft hardwood' dan ada juga 'hard softwood'.
Kayu yang keras tidak akan meninggalkan bekas guratan ketika ditekan dengan kuku ibu jari. Cara praktis tersebut direkomendasikan bagi yang belum mengenal kayu atau baru terjun ke dunia perkayuan.
Ciri fisik yang lain sebagian besar kayu yang lunak memiliki lubang pori-pori besar dan terputus-putus. Serat kayu yang keras lebih berbentuk bulat telur atau lebih berbentuk spiral yang berarti ikatan antar pori-porinya lebih kuat.
Pada saat pengerjaan bisa juga dilihat perbedaan kayu yang keras dan kayu yang lunak. Kayu keras akan terlihat halus dan licin setelah diproses dengan mesin ketam walaupn belum masuk mesin amplas.
4.2 Sambungan Pen & Lubang

sederhana adalah pen & lubang. Dalam istilah bahasa Inggris disebut Tenon & Mortise. Konstruksi ini paling sering diterapkan dalam berbagai konstruksi sambungan kayu terutama kursi dan meja kayu solid.
Selain mudah dibuat, jenis sambungan ini sangat kuat karena bidang kayu yang diikat dengan lem cukup luas.
Selain mudah dibuat, jenis sambungan ini sangat kuat karena bidang kayu yang diikat dengan lem cukup luas.
Lokasi sambungan bisa berada pada ujung kayu (L), misal: kaki meja dengan rail di bawah meja. Bisa juga berada di tengah (T), misalnya sambungan kaki meja dengan support kaki di tengah. Terdapat beberapa tipe pembuatan pen & lubang yaitu pen tersembunyi, pen tembus, pen miring dan banyak lagi tergantung posisi konstruksi pada perabot.
Pen
Untuk mendapatkan kekuatan maksimal dari sambungan, pen diharuskan memenuhi minimal syarat sebagai berikut:
- Ukuran panjang minimal 1/2 lebar kayu dan maksimal panjang sama dengan lebar kayu.
- Ketebalan pen 1/3 - 1/2 ketebalan kayu. Bisa lebih tebal tergantung komponen lawan sebagai lubang.
- Lebar pen sama dengan lebar kayu. Jika harus dikurangi karena posisi sambungan, maksimal pengurangan adalah 1/2 dari ketebalan kayu.
- Buatlah chamfered (bevel) pada ujung pen sebesar 2mm untuk memudahkan pen masuk ke lubang pada waktu proses assembling. Bevel ini juga akan berfungsi untuk tempat berkumpulnya lem pada waktu pressing.

Lubang
Membuat lubang yang tepat perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Lebar lubang maksimal 1/3 dari ketebalan kayu.
- Apabila sambungan pada posisi sudut tanpa kelebihan panjang, lubang harus berada minimal 1/2 ketebalan kayu dari ujung kayu.
- Kedalaman lubang sebaiknya diberi kelebihan sebesar 2mm untuk tempat penumpukkan lem pada waktu assembling.
- Lubang harus benar-benar bersih pada waktu penyambungan.
Posisi Sambungan
Apabila anda menginginkan sambungan sudut tanpa panjang lebih, sebaiknya di buat 'Lidah pen' yang akan membantu mengurangi perubahan bentuk sambungan karena penyusutan kayu. Panjang dan tebal lidah pen sebaiknya 1/3 dari ketebalan komponen kayu yang berfungsi sebagai lubang!
Panjang lidah pen juga perlu dikurangi sebesar 2 mm untuk tempat lem pada waktu assembling.

Pen
Untuk mendapatkan kekuatan maksimal dari sambungan, pen diharuskan memenuhi minimal syarat sebagai berikut:
- Ukuran panjang minimal 1/2 lebar kayu dan maksimal panjang sama dengan lebar kayu.
- Ketebalan pen 1/3 - 1/2 ketebalan kayu. Bisa lebih tebal tergantung komponen lawan sebagai lubang.
- Lebar pen sama dengan lebar kayu. Jika harus dikurangi karena posisi sambungan, maksimal pengurangan adalah 1/2 dari ketebalan kayu.
- Buatlah chamfered (bevel) pada ujung pen sebesar 2mm untuk memudahkan pen masuk ke lubang pada waktu proses assembling. Bevel ini juga akan berfungsi untuk tempat berkumpulnya lem pada waktu pressing.

Lubang
Membuat lubang yang tepat perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Lebar lubang maksimal 1/3 dari ketebalan kayu.
- Apabila sambungan pada posisi sudut tanpa kelebihan panjang, lubang harus berada minimal 1/2 ketebalan kayu dari ujung kayu.
- Kedalaman lubang sebaiknya diberi kelebihan sebesar 2mm untuk tempat penumpukkan lem pada waktu assembling.
- Lubang harus benar-benar bersih pada waktu penyambungan.
Posisi Sambungan
Apabila anda menginginkan sambungan sudut tanpa panjang lebih, sebaiknya di buat 'Lidah pen' yang akan membantu mengurangi perubahan bentuk sambungan karena penyusutan kayu. Panjang dan tebal lidah pen sebaiknya 1/3 dari ketebalan komponen kayu yang berfungsi sebagai lubang!
Panjang lidah pen juga perlu dikurangi sebesar 2 mm untuk tempat lem pada waktu assembling.

4.3 Kayu Solid dan Kayu Buatan

Dan membuat definisi masing-masing bahan tersebut bisa mengakibatkan salah paham karena beberapa sifat kayu solid masih terdapat pada papan buatan. 'Kayu buatan' sebenarnya bukan istilah yang tepat dari istilah international engineered wood atau composit wood.
Kayu Solid
Setelah keluar dari kiln dry kayu gergajian bisa diproses langsung menjadi kaki meja, papan atas meja (dilaminasi) atau papan samping laci tanpa melalui proses lebih rumit. Kayu yang digunakan langsung tersebut kita tetap menganggap sebagai kayu solid. Atau ketika anda membuat kaki belakang sebuah kursi yang melengkung yang dibelah dari selembar papan dan digergaji sesuai dengan lengkungan kaki kursi, bahan tersebut tetap disebutkayusolid.
Artinya kayu solid hanya terdiri dari bahan dasar kayu tanpa dicampur atau di kombinasi dengan bentuk bahan lain. Walaupun pada pengerjaannya kita menggunakan sambungan laminasi, finger joint atau konstruksi yang lain untuk papan atas meja misalnya, bahan tersebut masih disebut sebagai kayu solid.
Kayu Buatan (engineered wood)
Oleh karena beberapa kelemahan kayu yang tidak memungkinkan mendapat papan yang lebar dan stabil, maka mulailah dibuat papan buatan dengan berbagai cara pengerjaan dan jenis papan buatan. pada dasarnya papan buatan ini untuk mendapatkan satu lembar papan dengan resiko perubahan bentuk sekecil mungkin.
dibuat dalam berbagai teknik dan bahan kayu yang berbeda-beda, oleh karena itulah terdapat jenis papan buatan yang disebut multiplek, blockboard, particle board, MDF, softboard, hardboard dan lain sebagainya. Semua bahan tersebut adalah papan buatan.
Pada beberapa desain kaki kursi atau almari yang membutuhkan lengkungan berdiameter besar, pabrik furniture menggunakan teknologi laminasi vinir untuk membuat kaki yang melengkung tapi sangat kuat. Pengerjaan ini dilakukan dengan cara melapis beberapa 'lembar' vinir yang agak tebal dan panjang, lalu vinir tersebut ditekan pada bidang lengkung sesuai desain kaki kursi pada tekanan dan temperatur yang tinggi.
Proses ini biasanya menggunakan jenis lem yang sangat cepat kering pada temperature tinggi. Sehingga pada hasil akhirnya kita bisa melihat pada bagian samping kaki tersebut terlihat garis lem sebagia lapisan vinir.
Ketika seorang perancang ingin membuat tiang kayu untuk interior atau eksterior ukuran 20 x 20 cm), seorang wood engineer tidak akan memberikan hanya satu batang kayu solid karena hal itu akan beresiko melengkung, pecah atau berubah bentuk.
Untuk mengatasi masalah ini dibuat laminasi dan finger joint yang banyak dengan proporsi yang seimbagn sehingga diperoleh kayu dengan ukuran besar tapi resiko perubahan bentuk jauh lebih kecil.

Jenis bahan ini disebut LSL (Laminated Structural Lumber).
Dari sinilah beberapa proses yang dilakukan untuk mengurangi dan menghindari kelemahan kayu. Dan material dari hasil pengerjaan tersebut dinamakan engineered wood, bukan kayu solid.
4.4 LAMINASI KAYU

Seringkali orang ragu ketika akan membuat suatu laminasi pada kayu solid. Keraguan itu timbul karena kayu solid masih menjadi sebuah material yang terbukti kuat dan awet. Beberapa faktor terutama pada proses laminasi memiliki peranan penting pada hasil dan kekuatan laminasi tersebut.
Kita perlu ketahui dahulu jenis kayu dan densitas kayu solid tersebut. Kayu yang memiliki densitas tinggi biasanya memiliki pori-pori yang memiliki daya ikat kuat satu dengan lainnya.
Oleh karena itu lem yang mengikat komponen satu dengan lainnya juga harus cukup kuat. Sedangkan kayu dengan densitas rendah cenderung memiliki kekuatan belah yang rendah.
Lem kayu yang berkualitas baik sudah selayaknya memiliki daya ikat yang baik pula ketika diaplikasikan dengan benar. Lem kayu telah melewati beberapa ujian kekuatan antara lain dengan cara merendam hasil laminasi selama 24 jam di dalam air. Atau bisa dengan memberikan beban tertentu pada laminasi.
Beberapa hasil uji menunjukkan bahwa garis laminasi tetap utuh, namun justru bagian kayu yang terbelah karena tidak mampu menahan tarikan. Laminasi pada dasarnya justru memiliki daya ikat lebih baik daripada kayu solid itu sendiri apabila proses pengelemennya dilakukan dengan benar.
Pengecekan pada Laminasi:
1. Kayu yang akan dilaminasi harus kering (memiliki level MC yang baik). Bertujuan agar lem kayu bisa benar-benar meresap dengan baik ke dalam kayu.
2. Jangan lakukan laminasi pada jenis kayu yang berbeda untuk mendapatkan hasil terbaik.
3. Jangan lakukan laminasi pada jenis kekerasan kayu yang berbeda terlalu jauh ; kayu keras dengan kayu lunak ; kayu teras dengan kayu gubal.
4. Apabila memungkinkan, kayu yang dilaminasi sebaiknya memiliki ukuran lebar atau tebal yang sama. Susunan ini bisa membantu kayu dari resiko melengkung.
5. Permukaan bidang laminasi harus halus dan sama rata. Hal ini akan membantu perataan luas bidang lem dan ikatan antar komponen.
6. Viskositas lem kayu harus pada standar yang direkomendasikan oleh produsen lem.
7. Pressing sangat penting untuk laminasi. Lebih besar tekanan yang diberikan akan membantu 'penetrasi' lem ke kayu lebih baik sehingga jumlah lem yang meresap akan lebih banyak.
8. Drying time lem pada saat pressing juga sangat penting. Untuk lem normal, waktu untuk pressing bisa sekitar 3-4 jam. Setelah itu bisa diletakkan tanpa tekanan tinggi selama 24 jam sebelum laminasi tersebut memasuki proses pengerjaan selanjutnya.
Apabila anda bisa dengan efektif menjalankan kontrol tersebut, maka pilihan untuk membuat laminasi akan menjadi lebih mudah. Secara teknis dan ekonomis, laminating lebih baik dari kayu solid (tidak berlaku pada jenis kayu tertentu).
Kita perlu ketahui dahulu jenis kayu dan densitas kayu solid tersebut. Kayu yang memiliki densitas tinggi biasanya memiliki pori-pori yang memiliki daya ikat kuat satu dengan lainnya.
Oleh karena itu lem yang mengikat komponen satu dengan lainnya juga harus cukup kuat. Sedangkan kayu dengan densitas rendah cenderung memiliki kekuatan belah yang rendah.
Lem kayu yang berkualitas baik sudah selayaknya memiliki daya ikat yang baik pula ketika diaplikasikan dengan benar. Lem kayu telah melewati beberapa ujian kekuatan antara lain dengan cara merendam hasil laminasi selama 24 jam di dalam air. Atau bisa dengan memberikan beban tertentu pada laminasi.
Beberapa hasil uji menunjukkan bahwa garis laminasi tetap utuh, namun justru bagian kayu yang terbelah karena tidak mampu menahan tarikan. Laminasi pada dasarnya justru memiliki daya ikat lebih baik daripada kayu solid itu sendiri apabila proses pengelemennya dilakukan dengan benar.
Pengecekan pada Laminasi:
1. Kayu yang akan dilaminasi harus kering (memiliki level MC yang baik). Bertujuan agar lem kayu bisa benar-benar meresap dengan baik ke dalam kayu.
2. Jangan lakukan laminasi pada jenis kayu yang berbeda untuk mendapatkan hasil terbaik.
3. Jangan lakukan laminasi pada jenis kekerasan kayu yang berbeda terlalu jauh ; kayu keras dengan kayu lunak ; kayu teras dengan kayu gubal.
4. Apabila memungkinkan, kayu yang dilaminasi sebaiknya memiliki ukuran lebar atau tebal yang sama. Susunan ini bisa membantu kayu dari resiko melengkung.
5. Permukaan bidang laminasi harus halus dan sama rata. Hal ini akan membantu perataan luas bidang lem dan ikatan antar komponen.
6. Viskositas lem kayu harus pada standar yang direkomendasikan oleh produsen lem.
7. Pressing sangat penting untuk laminasi. Lebih besar tekanan yang diberikan akan membantu 'penetrasi' lem ke kayu lebih baik sehingga jumlah lem yang meresap akan lebih banyak.
8. Drying time lem pada saat pressing juga sangat penting. Untuk lem normal, waktu untuk pressing bisa sekitar 3-4 jam. Setelah itu bisa diletakkan tanpa tekanan tinggi selama 24 jam sebelum laminasi tersebut memasuki proses pengerjaan selanjutnya.
Apabila anda bisa dengan efektif menjalankan kontrol tersebut, maka pilihan untuk membuat laminasi akan menjadi lebih mudah. Secara teknis dan ekonomis, laminating lebih baik dari kayu solid (tidak berlaku pada jenis kayu tertentu).
4.5 Konversi Kayu Gergajian terhadap Ukuran Jadi

Sama halnya dengan konversi kayu log terhadap kayu gergajian, tidak 100% kayu yang kita beli bisa diolah menjadi barang ataupun ukuran jadi.
Waste atau kayu terbuang akan selalu ada pada sebuah proses produksi, namun bagaimana kita mengolah kayu dengan bijak sehingga waste tersebut bisa diminimalkan adalah sebuah prestasi tersendiri terutama dalam rangka efisiensi produksi. Secara global biaya produksi untuk material utama kayu sebesar 60-75% dari keseluruhan cost, oleh karena itu dengan menghemat pemakaian bahan dasar kayu secara baik akan memberikan kita keuntungan yang cukup besar.
Kita lihat ilustrasi berikut pada gambar:
Balok pertama (panjang 1 meter) pada saat sebelum diserut/diketam berukuran 35 x 65mm (volume 0.002275 m3). Untuk mendapatkan permukaan halus pengetaman akan memakan +/- 2-3 mm ketebalan pada setiap sisi pengetaman. Begitu pula pada sisi lebarnya. Sehingga setelah diketam menjadi ukuran 29 x 59 mm, volume kayu menjadi 0.001711 m3.
Kubikasi tersebut setelah dikonversikan terlihat menyusut sebesar 25%, artinya volume awal berkurang dan tersisa hanya 75% nya saja. Konversi ini hanya pada sisi lebar dan tebal. Mari kita lihat pada sisi panjang.

Pada balok dengan panjang 1 meter, untuk dipotong dengan halus dan rapi akan membutuhkan minimal 20 mm pada setiap sisi panjangnya, itupun jika tidak terdapat cacat mata kayu atau retak/pecah. Kita anggap satu sisi panjang berkualitas baik sehingga hanya diptong sepanjang 20 mm, dan sisi lainnya terdapat retak hingga harus dipotong sepanjang 50 mm. Setelah dipotong 20 + 50 mm pada setiap ujung, panjang balok tinggal 930 mm. Untuk itu volume akhir yang digunakan adalah 0.001711 x 93% = 0.001591 m3.Hasil konversi akhir adalah 0.001591/0.002275 m3 = 57%
Dari 100% volume kayu awal, 43% nya telah menjadi serbuk kayu, debu dan potongan yang tidak bisa digunakan.
Yang lebih menarik lagi dengan mengetahui hal ini adalah apabila kita konversikan dari Log ke ukuran jadi.
Pada artikel sebelumnya tentang konversi log terhadap kayu gergajian adalah sekitar 58%, dan konversi dari kayu gergajian ke ukuran jadi adalah 57% (ingat, konversi tersebut akan sangat bervariatif tergantung jenis kayu, ukuran log, metode pengerjaan dan hasil akhir yang diinginkan.
1 m3 log --> 0.58 m3 kayu gergajian
1 m3 kayu gergajian --> 0.57 m3 ukuran jadi, sehingga:
1 m3 log --> 0.58 m3 kayu gergajian --> (0.58 x 0.57) = 0.33 m3.
Pada praktek pengerjaan yang sebenarnya. konversi log terhadap ukuran jadi adalah antara 20% - 35%. Sangat sulit untuk mendapatkan rendemen di atas 35%. Berikut ini beberapa contoh dan rendemen dari beberapa jenis kayu:
Jati kelas 1 (tanpa mata, tanpa putih): 20-27%
Jati kelas 2 (ada mata, tanpa putih): 25-29%
Akasia (tanpa putih): 23-28%
Keruing: 30-35%
4.6 Bricket Kayu

Bagi pabrik yang output limbah ini tidak terlalu banyak masih bisa mendapatkan jalan keluar dengan cara menjualnya kepada para pengumpul untuk kemudian serbuk itu mereka gunakan untuk berbagai macam keperluan rumah tangga.
Beberapa orang bahkan membutuhkan serbuk tersebut untuk membantu proses pembakaran batu bata atau genteng. Pada suatu kunjungan ke pabrik kayu minggu yang lalu, saya melihat sebuah produksi kecil briket kayu. beberapa tahun sebelumnya memang pernah melihat proses serupa namun yang istimewa pada tempat tersebut adalah ukuran ruangan yang dipakai untuk membuat briket kayu.
Untuk apa briket kayu tersebut? Pada musim dingin, negara-negara Eropa maupun Amerika menggunakan tungku api untuk memanaskan ruangan-ruangan di dalam rumah. Mereka bisa menggunakan kayu solid, baik sisa dari pengolahan kayu ataupun baru dari tebangan hutan akan tetapi semakin mahal dan mengingat kebijakan negara-negara tersebut tentang lingkungan, briket kayu menjadi alternatif yang paling baik dan murah.
Kembali kepada pabrik furniture kayu yang membuat briket, ini bisa menjadi sebuah ide yang baik bagi kebanyakan pabrik furniture di Indonesia untuk mengumpulkan semua limbah kayunya dan mengolahnya menjadi briket. Walaupun sebenarnya limbah tersebut bisa digunakan oleh pabrik pembuat papan buatan.
Kesulitan yang saya dengar dari pelaku bisnis furniture adalah masih terbatasnya produsen mesin pembuat briket kayu sehingga harganya menjadi mahal. Salah satu retailer untuk produk ini adalah Irishbiofuels.
Briket atau kayu bakar memiliki potensial pasar yang cukup tinggi mengingat harga bahan bakar saat ini yang cukup tinggi. Konsumen di negara-negara subtropis cenderung akan mengurangi konsumsi minyak sebagai bahan bakar pemanas ruangan.
4.7 Memahami Papan Buatan, Multipleks dan Kelemahannya
Sebelumnya saya pernah menuliskan tentang bagaimana memahami plywood sebagai bahan alternatif. Tapi rasanya artikel tersebut kurang fokus terhadap penjelasan tentang karakteristik bahan tersebut. Pada posting kali ini akan saya kemukakan lebih luas tentang papan buatan (plywood termasuk salah satu papan buatan). Dalam istilah internasional disebut 'engineered wood'. Berbagai jenis papan buatan telah diproduksi sesuai dengan teknologi yang lebih maju dan permintaan konsumen akan bahan baku yang lebih baik, hemat dan lebih 'environmental friendly'.
Pembuatan Plywood (Multipleks)
Proses awal pada dasarnya sama dengan proses pembuatan vinir kayu karena plywood terbuat dari lapisan beberapa lembar vinir. Detail proses pembuatan vinir dapat dilihat di sini. Pembuatan papan buatan, dalam hal ini multipleks, adalah proses lanjutan dari pembuatan vinir.
Memilih Log
Langkah pertama dalam pembuatan papan buatan adalah memilih log. Log dipilih berdasarkan kelurusan dan diameternya bundar atau tidak. Log yang baik untuk pembuatan plywood adalah yang bebas dari mata kayu.
Debarking hingga Vinir Drying
Proses ini persis seperti yang dijelaskan pada proses pembuatan vinir.
Gluing
Aplikasi bahan lem menggunakan roller coater sistem dan lem yang digunakan adalah jenis urea resin atau phenol-Formaldehyde. Jenis lem yang mengandung formaldehyde diketahui kurang baik untuk kesehatan dan lingkungan yang mana bahan kimia yang digunakan untuk membuat lem ini bisa mengakibatkan penyakit kanker.
Oleh karena itulah beberapa konsumen besar saat ini mensyaratkan pabrik furniture mereka untuk menggunakan papan buatan yang bebas dari kandungan formaldehyde dengan cara melakukan test secara berkala.
Terdapat beberapa standar ukuran dan metode pengetesan untuk bahan kimia ini. Grade paling tinggi adalah E0 yang berarti NOL emisi. Kemudian terdapat grade E1, E2 san seterusnya.
Pressing
Lapisan-lapisan vinir diatur di bawah mesin press dengan tekanan tinggi hingga ketebalan yang diinginkan. Sebuah mesin press plywood bisa memuat sekaligus untuk 50 lembar plywood dalam sekali tekan selama 3-4 menit.
Dengan jenis lem yang berbeda, pressing bisa dilakukan dengan 2 metode yang berbeda, hot press dan cold press.
Hot Press: Lazim dilakukan untuk plywood dengan bahan baku softwood dengan suhu mencapai 120 °C selama hampir 10 menit. Akurasi waktu pengepressan, tingginya tekanan dan temperatur sangat penting pada proses ini.
Cold Press: Dilakukan dengan alat tekan hidrolik atau putar. Jenis lem yang digunakan biasanya adalah resin atau urea-formaldehyde yang memiliki proses pengeringan lebih lama. Pengepresan dilakukan selama 4-24 jam.
Cutting, Sanding
Lembaran-lembaran plywood yang telah kering kemudian di potong sesuai dengan ukuran standar arah panjang dan lebar. Permukaan plywood dihaluskan dengan mesin amplas dan cacat-cacat produksi dibersihkan atau diperbaiki.
Quality Control
Terdapat grade kualitas pada plywood yang dikenal dengan standar kualitas A hingga C. A mewakili kualitas paling tinggi dan C kualitas paling rendah. Standar kualitas untuk plywood antara lain: tidak terdapat 'overlap' vinir atau terkelupas, warna dan serat kayu dan akurasi ketebalan plywood.
Multipleks
Papan buatan yang dibuat dari beberapa lapisan kayu tipis dan disusun pada arah saling melintang dengan setiap lapisan. Lapisan-lapisan tersebut disebut vinir. Jumlah lapisan multipleks SELALU GANJIL, tidak genap. Tidak ada alasan lain selain alasan teknis yaitu bahwa dalam setiap susunan vinir multipleks, arah serat lapisan paling luar HARUS tersusun searah. Setelah itu bagian isinya diatur melintang serat vinir.
Alasan ini untuk menutupi kelemahan kayu yang mudah pecah dan terbelah pada arah seratnya. Lapisan paling tengah (core) arah seratnya selalu melintang arah serat vinir paling luar, berapapun jumlah lapisannya.
Dilihat dari segi konstruksi, kekuatan dan proses saat ini multiplek termasuk bahan yang paling baik di antara papan buatan lainnya.
Softboard
Bentuk papan buatan yang dibuat dari serbuk gergaji dan amplas. Proses pembuatannya mirip dengan MDF, namun dengan kerapatan bahan yang lebih kecil. Bahan ini adalah bahan yang anda sering pakai untuk papan pengumuman yang bisa ditusuk dengan jarum untuk menempelkan brosur atau kertas pengumuman.

Chipboard
Dibuat dari serpihan kayu dari hasil kerja mesin, dicampur dengan lem dengan tekanan tinggi. Tidak ada proses peleburan seperti dalam MDF. Bahan ini biasanya anda lihat sebagai bahan untuk packing peralatan mesin, pallet, atau box barang pada waktu pengiriman.
Blockboard
Cara pelapisannya sama dengan multipleks. Yang membedakan adalah jumlah lapisan dan ukuran kayu inti pada lapisan paling tengah. Untuk lebih detailnya anda bisa lihat disini.
Hardboard
Papan buatan ini memiliki densitas yang sangat tinggi dan pemakaian paling banyak adalah dengan ketebalan kurang dari 6mm. Menutupi kekurangan MDF yang tidak memiliki daya tahan baik pada ketebalan di bawah 6mm. Papan ini sering juga disebut High Density Fiber.
MDF (Medium Density Fiber)
Bahan yang sangat baik dan kuat untuk interior furniture. Kelemahan yang ada pada sisi tebal dan ketiadaan serat pada permukaan bukan suatu masalah yang sulit diatasi. Detail penjelasan ada
Dari sekian jenis papan buatan tersebut di atas memiliki kekuatan dan kelemahan masing-masing sesuai dengan area komponen perabot yang ingin anda terapkan. Standar ukuran dari semua jenis papan tersebut adalah 1220mm x 2440mm. Ukuran lebar terutama adalah untuk menyesuaikan dengan mesin pembuat papan buatan.
Kelemahan Papan Buatan
Papan buatan didesain dan diproduksi untuk menghindari masalah yang ada di kayu solid karena keterbatasannya dan untuk memungkinkan proses produksi atau desain furniture yang baik yang tidak bisa diaplikasikan pada kayu solid. Namun demikian tetap saja papan buatan memiliki kelemahan. Bukan dibandingkan dengan kayu solid atau bahan lain, tetapi kelemahan yang secara teknis harus dicari jalan keluarnya.
Air
Papan buatan paling riskan dan mudah rusak ketika terendam air, air meresap atau tumpahan air ke benda kerja.
Mengapa? Papan buatan diproses dan dibuat dari beberapa lembar vinir, serbuk dan serpihan kayu yang kecil dan dihubungkan dengan lem kayu yang tidak tahan air (ada beberapa tipe multiplek yang menggunakan lem tahan air --> waterproof plywood). Pada dasarnya ketika papan buatan terkena air terutama pada sisi tebalnya, air akan meresap dengan mudah dan cepat mengisi rongga-rongga udara di dalam lapisan papan buatan dan membuat ikatan antara serbuk, serpihan atau vinir dengan lem menjadi lebih lemah.
Solusi: List penutup sisi tebal papan buatan (untuk konstruksi terbuka) adalah salah satu cara mencegah masuknya air ke dalam pori-pori papan buatan. List samping bisa terbuat dari kayu solid, plastik atau aluminium.
Sisi Tebal
Memotong atau membelah papan buatan sebaiknya menggunakan jenis gergaji dengan konfigurasi mata gergaji kombinasi mengingat tugas gergaji tersebut adalah untuk membelah dan memotong (serat melintang pada multiplek). Pada saat menggergaji papan buatan, terutama dengan gergaji tangan atau mesin tangan sebaiknya gunakan landasan MDF bekas atau multiplek agar sisi tebal bagian bawahnya tidak rusak.
Dengan struktur yang ada, vinir bagian bawah beresiko terkelupas karena tekanan gergaji. Hal ini sangat jarang terjadi pada mesin besar untuk membelah papan buatan. Selain karena permukaan meja mesin yang menopang juga karena kecepatan putar gergaji yang tinggi membantu hasil pemotongan lebih halus.
Daya Ikat Sekrup dan Paku
Papan buatan tidak memiliki daya ikat paku dan sekrup sebaik kayu solid. Khususnya bagian sisi tebal bahkan sama sekali tidak ada kekuatan sehingga memasang sekrup atau paku pada sisi tebal sebelum dilapis dengan lis kayu tidak direkomendasikan. Sekrup masih lebih baik terikat pada papan buatan daripada paku namun untuk sekrup konstruksi lepasan (Knock Down) sebaiknya dihindari.
Apabila desain furniture mengharuskan untuk memasang sekrup knock down atau tetap, salah satu cara bisa dilakukan dengan cara 'menanam' kayu solid pada area tepat sekrup akan dipasang. Tentu saja cara ini hanya efektif untuk jumlah perabot yang tidak terlalu banyak. Untuk produksi massal perlu ditinjau dahulu peletakkan sekrup dan paku tersebut.
Ukuran Standar
Semua jenis papan buatan memiliki ukuran standar yang sama sebagai berikut:
Panjang x lebar
1200 x 2400 mm *)
900 x 2400 mm
1200 x 2100 mm
900 x 2100 mm
1200 x 1800 mm
900 x 1800 mm *)
*) Ukuran yang paling banyak tersedia di pasar umum
Sedangkan ketebalan standar papan buatan: 3, 4, 6, 9, 12, 15, 18, dan 21 mm
Pada produksi papan buatan tentu saja terdapat produk dengan ketebalan yang berbeda antara 0,5 - 1,0 mm dan biasanya produsen akan memasukkannya pada kategori kelas B atau C.
Blockboard, Teakblock & Laminboard
Dua nama papan buatan yang disebut pertama ini paling sering saya dengar di kalangan pabrik menengah pembuat furniture indoor dengan desain klasik dan minimalis. Blocboard memiliki spesifikasi hampir sama dengan plywood. Perbedaan paling besar adalah jumlah dan ukuran lapisan.
Blockboard
Lapisan utama blockboard adalah pada bagian tengah yang memiliki ketebalan 20-30mm. beberapa potongan kayu dengan lebar tersebut dilaminating dan dilapisi dengan beberapa vinir seperti untuk plywood.
Vinir tersebut disusun secara melintang serat untuk mendapatkan kestabilan dan kekuatan menahan penyusutan kayu. Lalu beberapa lembaran tersebut dilapisi lem dan dipres dibawah tekanan yang besar.
yang harus diperhatikan pada blockboard adalah arah serat. Blockboard masih memiliki kelemahan yang ada pada solid wood, lemah pada arah melintang serat kayu. Oleh karena itu perlu diperhatikan arah serat permukaan blockboard (arah serat permukaan sama dengan arah serat isian) pada waktu menggergaji ataupun mendesain peletakan papan blocboard.
Teakblock
Hanya satu perbedaan menurut pengetahuan teknis saya. Teakblock terdapat tambahan satu lapisan lagi pada satu permukaan blockboard untuk menambah nilai estetika, yaitu lapisan vinir kayu jati.
Walaupun demikian memilih dan mengerjakan teakblock tidak sama dengan jenis papan buatan lainnya. Dengan alasan utama pabrik membeli teakblock, ada beberapa syarat penting yang harus dipenuhi:
(1) Tidak boleh ada goresan benda tajam/tumpul di atas permukaan teakblock. Goresan tersebut akan terlihat setelah produk difinishing walaupun dengan warna gelap sekalipun.
Oleh karena itu penyusunan teakblock harus diperhatikan, permukaan teakblock yang berlapis jati harus bersentuhan dengan permukaan yang berlapis jati juga.
Mengapa?
Permukaan non-jati pada teakblock tidak menjadi prioritas sehingga kontrol dan penanganannya kurang teliti. beberapa lembaran bisa terdapat 'overlap' sehingga bisa menimbulkan goresan pada permukaan jati.

(2) Tidak boleh ada 'overlap vinir'. Vinir jati dibuat sangat tipis (hingga 0,3mm) dan diproduksi dengan metode slicing dari satu batang kayu jati solid. proses pelapisan pada teakblock bisa terjadi saling menumpuk, cacat ini sudah diantisipasi oleh pabrik teakblock, akan tetapi akan selalu ada produk yang memiliki cacat ini. Overlap membuat permukaan teakblock terlihat menggelembung dan tidak rata.
(3) Vinir terkelupas
Ketebalan vinir sangat tipis dan rentan goresan, sedikit saja benturan terhadap permukaan teakblock bisa membuat vinir terkelupas dan teakblock tidak bisa dipakai.
Laminboard
Blockboard
Lapisan utama blockboard adalah pada bagian tengah yang memiliki ketebalan 20-30mm. beberapa potongan kayu dengan lebar tersebut dilaminating dan dilapisi dengan beberapa vinir seperti untuk plywood.

yang harus diperhatikan pada blockboard adalah arah serat. Blockboard masih memiliki kelemahan yang ada pada solid wood, lemah pada arah melintang serat kayu. Oleh karena itu perlu diperhatikan arah serat permukaan blockboard (arah serat permukaan sama dengan arah serat isian) pada waktu menggergaji ataupun mendesain peletakan papan blocboard.
Teakblock
Hanya satu perbedaan menurut pengetahuan teknis saya. Teakblock terdapat tambahan satu lapisan lagi pada satu permukaan blockboard untuk menambah nilai estetika, yaitu lapisan vinir kayu jati.
Walaupun demikian memilih dan mengerjakan teakblock tidak sama dengan jenis papan buatan lainnya. Dengan alasan utama pabrik membeli teakblock, ada beberapa syarat penting yang harus dipenuhi:
(1) Tidak boleh ada goresan benda tajam/tumpul di atas permukaan teakblock. Goresan tersebut akan terlihat setelah produk difinishing walaupun dengan warna gelap sekalipun.
Oleh karena itu penyusunan teakblock harus diperhatikan, permukaan teakblock yang berlapis jati harus bersentuhan dengan permukaan yang berlapis jati juga.
Mengapa?
Permukaan non-jati pada teakblock tidak menjadi prioritas sehingga kontrol dan penanganannya kurang teliti. beberapa lembaran bisa terdapat 'overlap' sehingga bisa menimbulkan goresan pada permukaan jati.

(2) Tidak boleh ada 'overlap vinir'. Vinir jati dibuat sangat tipis (hingga 0,3mm) dan diproduksi dengan metode slicing dari satu batang kayu jati solid. proses pelapisan pada teakblock bisa terjadi saling menumpuk, cacat ini sudah diantisipasi oleh pabrik teakblock, akan tetapi akan selalu ada produk yang memiliki cacat ini. Overlap membuat permukaan teakblock terlihat menggelembung dan tidak rata.
(3) Vinir terkelupas
Ketebalan vinir sangat tipis dan rentan goresan, sedikit saja benturan terhadap permukaan teakblock bisa membuat vinir terkelupas dan teakblock tidak bisa dipakai.
Laminboard

Susunan dan ukuran sama dengan blockboard, perbedaan utama adalah pada ukuran lebar lapisan tengah. Laminboard menggunakan potongan-potongan lebih tipis, yaitu 5-7mm. Jenis papan buatan ini banyak tersedia di pasaran, akan tetapi pabrik dan para tukang kayu masih tetap mengenalnya sebagai blocboard.
4.8 Kayu log juga mengalami penyusutan

Sebagaimana kayu belahan yang bisa mengalami penyusutan karena perbedaan kelembaban udara, maka kayu log-pun masih bisa menyusut. Sebuah pohon yang baru saja ditebang memiliki level MC antara 40-60%. Pada beberapa area penebangan pohon mereka akan meletakkan log-log tersebut di luar selama beberapa hari bahkan beberapa minggu untuk mengurangi level MC. Untuk mencegah keretakan atau pecah pada log, dipasanglah semacam paku yang berbentuk seperti cacing pada ujung log (desain yang ada bisa bermacam-macam) untuk mencegah log retak atau pecah ujung. Log yang pecah atau retak otomatis akan mengurangi nilai ekonomisnya.
Beberapa tempat tertentu memiliki metode yang berbeda. Setelah pohon dipotong, kulit pohon segera dikupas dan kayu dibiarkan dalam ukuran yang lebih panjang untuk mengurangi pelebaran cacat retak. Pada jenis kayu yang memiliki nilai ekonomis sangat tinggi, sebelum pohon ditebang dilakukan pemotongan kulit kayu pada bagian pangkal pohon beberapa bulan sebelum penebangan. Waktu tersebut dimaksudkan untuk menghambat penyaluran makanan ke daun, yang pada dasarnya berupa cairan, sehingga ketika beberapa bulan tidak ada supply makanan dari akar pohon tersebut akan mengering alami dalam bentuk dan ukuran yang utuh. Penyusutan pada log sebenarnya tidaklah terlalu besar mengingat luas penampang yang menjadi pintu keluarnya air dari dalam kayu tidaklah seluas pada kayu yang telah dibelah dan dipotong. Dan berdasarkan ukuran diameter log, kemungkinan air yang keluar hanya akan terjadi pada permukaan log yang sangat tipis dibandingkan dengan diameter log itu sendiri.
4.9 Kayu teras dan kayu gubal

Mungkin istilah di atas cukup aneh terdengar bagi anda yang tidak mendalami ilmu tentang kayu untuk furniture. Apa sebenarnya perbedaan dari kedua bagian kayu tersebut dan bagaimana mengenali perbedaan tersebut?
Kayu teras (heartwood) merupakan bagian kayu gelondongan yang terletak pada inti kayu. Bagian ini berwarna lebih gelap dibandingkan kayu gubal (sapwood) yang terletak pada bagian lebih luar diameter kayu gelondongan (sebelum kulit kayu). Bagian ini merupakan yang terbaik pada sebuah kayu karena kayu teras memiliki kekerasan yang lebih baik daripada kayu gubal.
Pada umumnya kayu teras memiliki serat dan pori-pori lebih padat. Bagian ini sebenarnya adalah serat yang 'mati'. Tentunya pula karena umur kayu teras lebih tua daripada kayu gubal. Hal ini membuat papan kayu teras memiliki kemungkinan menyusut lebih kecil. Secara mekanik lebih kuat. Rata-rata sekitar 65-75% dari radius kayu gelondongan merupakan kayu teras.
Kayu gubal sangat tidak direkomendasikan untuk diproses menjadi furniture untuk konstruksi karena nilai kekuatannya yang sangat lemah, khususnya untuk produk outdoor furniture. Pada bagian tertentu bisa digunakan sebagai komponen pembantu, itupun apabila warna tidak menjadi masalah karena kayu gubal cenderung berwarna lebih terang.
Ada beberapa jenis kayu yang agak sulit untuk membedakan 2 bagian ini karena mereka memiliki warna yang hampir sama. Ada pula pada jenis kayu tertentu, kayu gubalnya tetap bisa digunakan untuk membuat furniture karena memiliki kekerasan yang hampir sama dengan bagian kayu teras.
4.10 Vinir Slicing dan Proses Pengolahannya

Arah serat kayu dan jenis permukaan vinir yang diperlukan oleh konsumen mempengaruhi metode penyayatan kayu menjadi vinir. Oleh karena itulah saat ini terdapat beberapa metode untuk mendapatkan bentuk serat kayu tertentu dan juga untuk memperoleh nilai ekonomisnya.
Dari sebatang log vinir harus melalui beberapa proses sebagai berikut:
Debarking
Proses pertama untuk vinir adalah pengupasan kulit kayu hingga bersih.
Conditioning
Log 'direbus' atau disteam dengan uap air panas atau air panas sehingga menjadi lunak untuk memudahkan penyayatan vinir.
Charging
Batang log di masukkan ke mesin yang berfungsi untuk membuat log sebundar mungkin. Termasuk pemangkasan bagian-bagian log agar didapat rendemen yang baik.
Lathing
Proses pengupasan Log. Terdapat berbagai metode penyayatan antara lain rotary slice, quarter slice, flat slice, plain slice, half-round slice dan rift slice.



Plain, penyayatan dengan arah sejajar lingkaran tahun dan log yang diproses dibelah sedemikian rupa sehingga permukaan lingkaran tahun tetap dipertahankan. Jenis serat vinir berupa motif kembang sesuai dengan pergerakan lingkaran tahun pada kayu.


Clipping
Vinir (terutama dari metode rotary) dipotong-potong sesuai ukuran tertentu dan sekaligus memisahkan vinir yang baik dengan membuang bagian vinir yang cacat/defects.
Sorting
Proses ini biasanya dilakukan secara manual dengan memisahkan jenis vinir berdasarkan kayu Gubal, kayu Teras ataupun grade vinir. Sekaligus pula vinir ditumpuk dengan kategori tersebut sebelum kemudian dikeringkan.
Pengeringan Vinir
Karena diproses langsung dari log berarti vinir masih dalam keadaan basah dengan kadar MC yang tinggi. Sama halnya dengan kayu, vinir juga perlu dikeringkan hingga mencapai kadar MC yang ditentukan dengan menggunakan mesin khusus untuk pengering vinir.
Lantai kayu (wood flooring) adalah jenis lantai alami yang sangat menyenangkan karena mengingatkan kita pada kesan alami dari pohon-pohon di hutan. Dari berbagai jenis kayu, kayu Jati, Kamper, Merbau, Keruing, dan Ulin termasuk jenis-jenis kayu yang tak asing di telinga kita. Dari berbagai jenis kayu, Jati dan Ulin termasuk kayu paling keras dengan ketahanan tinggi terhadap rayap dan jamur. Kayu bisa di-finishing dengan menggunakan politur untuk memperlihatkan tekstur aslinya. Kayu olahan saat ini seperti kayu laminasi atau komposit sudah bisa didapat dengan mudah dengan tekstur kayu yang terlihat menawan.
BAB V
PENGGUNAAN KAYU JATI DAN JEPARA
Kayu jati mengandung semacam minyak dan endapan di dalam sel-sel kayunya, sehingga dapat awet digunakan di tempat terbuka meski tanpa divernis; apalagi bila dipakai di bawah naungan atap. Jati sejak lama digunakan sebagai bahan baku pembuatan kapal laut, termasuk kapal-kapal VOC yang melayari samudera di abad ke-17. Juga dalam konstruksi berat seperti jembatan dan bantalan rel. Di dalam rumah, selain dimanfaatkan sebagai bahan baku furniture, kayu jati digunakan pula dalam struktur bangunan. Rumah-rumah tradisional Jawa, seperti rumah joglo Jawa Tengah, menggunakan kayu jati di hampir semua bagiannya: tiang-tiang, rangka atap, hingga ke dinding-dinding berukir. Dalam industri kayu sekarang, jati diolah menjadi venir (veneer) untuk melapisi wajah kayu lapis mahal; serta dijadikan keping-keping parket (parquet) penutup lantai. Selain itu juga diekspor ke mancanegara dalam bentuk furniture luar-rumah. Ranting-ranting jati yang tak lagi dapat dimanfaatkan untuk mebel, dimanfaatkan sebagai kayu bakar kelas satu. Kayu jati menghasilkan panas yang tinggi, sehingga dulu digunakan sebagai bahan bakar lokomotif uap. Sebagian besar kebutuhan kayu jati dunia dipasok oleh Indonesia dan Myanmar.
Fungsi ekonomis hutan jati jawa: hasil hutan kayu
Sebagai jenis hutan paling luas di Pulau Jawa, hutan jati memiliki nilai ekonomis, ekologis, dan sosial yang penting.
Kayu jati jawa telah dimanfaatkan sejak zaman Kerajaan Majapahit. Jati terutama dipakai untuk membangun rumah dan alat pertanian. Sampai dengan masa Perang Dunia Kedua, orang Jawa pada umumnya hanya mengenal kayu jati sebagai bahan bangunan. Kayu-kayu bukan jati disebut ‘kayu tahun’. Artinya, kayu yang keawetannya untuk beberapa tahun saja. Selain itu, jati digunakan dalam membangun kapal-kapal niaga dan kapal-kapal perang. Beberapa daerah yang berdekatan dengan hutan jati di pantai utara Jawa pun pernah menjadi pusat galangan kapal, seperti Tegal, Juwana, Tuban, dan Pasuruan. Namun, galang kapal terbesar dan paling kenal berada di Jepara dan Rembang, sebagaimana dicatat oleh petualang Tomé Pires pada awal abad ke-16.
VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie, Kompeni Hindia Timur Belanda) bahkan sedemikian tertarik pada “emas hijau” ini hingga berkeras mendirikan loji pertama mereka di Pulau Jawa —tepatnya di Jepara— pada 1651. VOC juga memperjuangkan izin berdagang jati melalui Semarang, Jepara, dan Surabaya. Ini karena mereka menganggap perdagangan jati akan jauh lebih menguntungkan daripada perdagangan rempah-rempah dunia yang saat itu sedang mencapai puncak keemasannya.
Di pertengahan abad ke-18, VOC telah mampu menebang jati secara lebih modern. Dan, sebagai imbalan bantuan militer mereka kepada Kerajaan Mataram di awal abad ke-19, VOC juga diberikan izin untuk menebang lahan hutan jati yang luas.
VOC lantas mewajibkan para pemuka bumiputera untuk menyerahkan kayu jati kepada VOC dalam jumlah tertentu yang besar. Melalui sistem blandong, para pemuka bumiputera ini membebankan penebangan kepada rakyat di sekitar hutan. Sebagai imbalannya, rakyat dibebaskan dari kewajiban pajak lain. Jadi, sistem blandong tersebut merupakan sebentuk kerja paksa.
VOC kemudian memboyong pulang gelondongan jati jawa ke Amsterdam dan Rotterdam. Kedua kota pelabuhan terakhir ini pun berkembang menjadi pusat-pusat industri kapal kelas dunia.
Di pantai utara Jawa sendiri, galangan-galangan kapal Jepara dan Rembang tetap sibuk hingga pertengahan abad ke-19. Mereka gulung tikar hanya setelah banyak pengusaha perkapalan keturunan Arab lebih memilih tinggal di Surabaya. Lagipula, saat itu kapal lebih banyak dibuat dari logam dan tidak banyak bergantung pada bahan kayu.
Namun, pascakemerdekaan negeri ini, jati jawa masih sangat menguntungkan. Produksi jati selama periode emas 1984-1988 mencapai 800.000 m3/tahun. Ekspor kayu gelondongan jati pada 1989 mencapai 46.000 m3, dengan harga jual dasar 640 USD/m3.
Pada 1990, ekspor gelondongan jati dilarang oleh pemerintah karena kebutuhan industri kehutanan di dalam negeri yang melonjak. Sekalipun demikian, Perhutani mencatat bahwa sekitar 80% pendapatan mereka dari penjualan semua jenis kayu pada 1999 berasal dari penjualan gelondongan jati di dalam negeri. Pada masa yang sama, sekitar 89% pendapatan Perhutani dari ekspor produk kayu berasal dari produk-produk jati, terutama yang berbentuk garden furniture (mebel taman).
Teknologi Pengeringan
Pengeringan kayu dengan memanfaatkan tenaga surya sebagai sumber panas
memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan, terutama pada industri kecil atau
pengrajin yang kemampuan modal, tenaga kerja serta bahan baku kayu yang diolah
terbatas dan tidak menentu. Alat pengering kayu lainnya ialah kombinasi energi surya
dan energi lain dari tungku untuk 3 kapasitas kayu basah, yaitu kapasitas maksimum 1,5
m3, 3 – 4 m3 dan 6 – 8 m3.
Hasil percobaan pengeringan alami lima jenis kayu andalan Jawa Barat
menunjukkan bahwa kayu pulai kongo, mahoni dan suren termasuk agak cepat
mengering, sedangkan kayu kibawang dan salamander agak lambat mongering. Untuk
percobaan pengeringan suhu tinggi, maka suhu dan kelembaban minimum-maksimum
yang diperkenankan untuk kayu pulai kongo dan mahoni 70-95°C dan 29-75%;
kibawang 65-88°C dan 29-78%; salamander 58-83°C dan 27-82%; suren 65-90°C dan
29-78% (Basri dan Hadjib, 2004).
C. Teknologi Pengawetan
Kayu yang berasal dari hutan rakyat umunya berdiameter kecil dan mempunyai
sifat yang lebih rendah dibandingkan kayu hutan alam (Martawijaya, 1990). Salah satu
sifat yang kurang menguntungkan pada kayu dari hutan rakyat adalah keawetannya yang
rendah.
Pengawetan kayu adalah suatu proses memasukkan bahan pengawet dengan
metode tertentu sampai mencapai retensi dan penetrasi sesuai dengan spesifikasi. Umur
pakai kayu yang diawetkan paling tidak sampai 15 tahun, sedangkan yang tidak
diawetkan hanya 5 tahun (Abdurrohim, 1994). Dalam satuan waktu tertentu pemakaian
kayu dapat diperkecil, sedangkan diversifikasi jenis dapat memperbesar volume kayu
yang dapat dipungut setiap ha. Dengan demikian maka penambahan umur pakai dan
diversifikasi jenis pada akhirnya dapat mengurangi tekanan terhadap sumber daya hutan
yang makin terbatas. Metode pengawetan yang sering dan mudah dikerjakan ialah
PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 130-148
143
metode rendaman (panas, dingin, dan panas-dingin) dan metode pelaburan, metode
pelaburan kurang efektif karena retensi dan penetrasinya rendah. Bahan pengawet yang
digunakan antara lain Impralit CKB, Borak-borik atau bahan pengawet yang mudah
dijangkau di pasar bebas.
D. Teknologi Perekatan
Dari kayu yang berasal dari tanaman rakyat telah dihasilkan beberapa produk
perekatan yang mempunyai prospek untuk dikembangkan, antara lain kayu lapis indah,
glulam, papan partikel, papan mineral dan papan blok.
1. Kayu lapis indah
Kayu lapis indah adalah kayu lapis yang permukaannya diberi lapisan venir dan
kertas bercorak indah (Sulastiningsih et al. 1999 dalam Kliwon et. al., 2002). Kayu
lapis indah yang dibuat dari venir kayu manii, gmelina, mimba dan mangium
mutunya memenuhi standar Indonesia.
2. Glulam
Glulam yang lebih dikenal sebagai balok lamina merupakan suatu balok yang
diperoleh dari perekatan papan gergajian yang berdimensi lebih kecil yang direkat
sejajar serat sehingga diperoleh balok dengan ukuran yang lebih besar. Balok lamina
telah lama digunakan oleh masyarakat. Di Indonesia sendiri glulam digunakan pada
konstruksi bangunan (contohnya aula di ITB) dan Kapal Patroli Cepat (Fast Patrol
Boat, FPB-28). Penelitian mengenai glulam dari kayu gmelina, mangium, karet,
sengon telah dilakukan dengan menggunakan perekat tannin resorsinol formaldehida
(TRF) dan lignin resorsinol formaldehida (LRF), menunjukkan bahwa perekat TRF
cukup baik (memenuhi standar JAS dan SNI) untuk kayu lamina kecuali untuk
mangium. Untuk jenis ini perekat LRF meunjukkan hasil yang lebih baik. Balok
lamina yang dihasilkan setara dengan kayu kelas kuat II.
3. Papan partikel
Papan partikel dapat dibuat dari jenis-jenis kayu hutan rakyat antara lain, mangium
dan sengon bahkan bambu dalam bentuk chip atau berupa serbuk. Papan partikel
juga dapat dibuat secara komposit dari serbuk gergaji kayu sengon untuk
penggunaan di luar ruangan dan dalam ruangan yang berkelembaban tinggi dengan
menggunakan perekat berbasis tanin maupun isocianat. Ditinjau dari emisi
PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 130-148
144
formaldehida maupun kestabilan dimensi terhadap pengaruh kelembaban tinggi dan
keteguhan rekat internalnya, papan partikel komposit sengon aman digunakan
sebagai komponen rumah baik di dalam ruangan khususnya plafon, penyekat
ataupun sebagai dinding yang tidak terlalu menahan beban.
Gambar 2. Contoh produk papan partikel komposit sengon
4. Papan mineral
Beberapa jenis papan mineral telah dikenal digunakan sebagai penyekat ruangan
seperti papan gypsum, papan wol kayu. Papan wol kayu dari kayu sengon yang
dibuat telah dicoba untuk dinding di perumahan dan kantor.
5. Papan blok
Papan blok, yang merupakan kayu lapis berintikan kayu gergajian telah digunakan
baik sebagai penyekat dinding atau cetakan beton.
6. Balok kotak
Balok kotak (box beam) yang dibuat dari kayu meranti berbentuk kaso ( sebagai
sayap=flange) dan kayu lapis dan papan partikel (sebagai badan =web pada kiri dan
kanan balok) ukuran b x h x L = 9.1 x 20 x 244 cm. Hasil penelitian menunjukkan
mrnunjukkan bahwa balok kotak yang dihasilkan mempunyai MOE-flatewise
berkisar antara 29.004 kg/cm2 – 54.031 kg/cm2; MOE-edgewise antara 60.234
kg/cm2 – 90.167 kg/cm2; Nilai MOR 61 kg/cm2 – 290 kg/cm2. Secara teknis gelagar
kotak ini dapat dikembangkan sebagai kayu konstruksi dimana bahan komponen
penyusun banyak tersedia (Sinaga et al., 1989)
PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 130-148
BAB VI
GAMBAR - GAMBAR
Swiss Wood Awards 2009
Dukta Matte
On May 26th, the Swiss wood awards were given out. After the German awards a few weeks ago, these awards highlight more reasons for building with wood such as the custom cut wood slab that transforms into undulating plates (shown above).
gambar kayu jepara

Lemari hias dari kayu jepara




Jam hias dari kayu jepara Mimbar dari Jepara





Nakas dari jepara



BAB 7
PENUTUP
Kesimpulan
Kayu yang berasal dari hutan rakyat yang pada umumnya berumur muda, berdiameter kecil (< 25 cm), sudah tentu bermutu rendah, tetapi karena pasokan kayu dari sumber utama (hutan alam/hutan tanaman) semakin menurun bahkan hampir habis maka pemakai kayu sudah lama cenderung memilih kayu-kayu tersebut. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dicapai akhir-akhir ini, kayu yang berasal dari hutan/tanaman rakyat pada dasarnya dapat digunakan untuk berbagai keperluan baik untuk pertukangan maupun bahan bangunan. Namun dalam pemakaiannya harus
didukung oleh teknologi yang dapat memperbaiki sifat-sifat kayu, seperti pola
penggergajian, pengeringan, pengawetan dan teknologi pengolahan seperti perekatan
kayu. Disamping itu diperlukan pula data-data teknis dari masing-masing jenis kayu yang
akan digunakan.
Untuk keperluan kayu sebagai komponen bangunan, sebaiknya ukuran kayu mengikuti ukuran standar seperti ukuran reng, kaso, balok-balok dan lain-lain, atau melalui perhitungan analisa struktur bangunan sesuai dengan spesifikasi bahan bukan kayu yang akan dipakai.Pengenalan atas sifat-sifat fisik dan mekanik akan sangat membantu dalam menentukan jenis-jenis kayu untuk tujuan pengunaan tertentu. Diharapkan dengan memahami sifat-sifat kayu dan jenis-jenis kayu untuk penggunaan tertentu akan semakin mengurangi ketergantungan konsumen akan suatu jenis kayu tertentu saja sehingga pemanfaatan jenis-jenis kayu yang semula belum dimanfaatkan (jenis-jenis yang belum dikenal umum) akan semakin meningkat
Daftar Pustaka
www.teknologi kayu.com
www.laminating kayu.com
www.semua tentang kayu.com
3 komentar:
setelah kami membaca artikel tentang kayu anda kami berminat mengajukan kerjasama artikel anda untuk diterbitkan dalam bentuk buku, kirimkan naskah anda ke email : redaksipanjiduta@yahoo.com
terimakasih
kami tunggu
setelah kami membaca artikel tentang kayu anda kami berminat mengajukan kerjasama artikel anda untuk diterbitkan dalam bentuk buku, kirimkan naskah anda ke email : redaksipanjiduta@gmail.com
Padahal artikelnya kayanya bagus .. tp backgroundnya itu lho mengganggu , jd sakit mata bacanya.. terlalu rame warna dan background.
Posting Komentar